Penerapan Design Thinking pada Pengembangan Komunitas Investor Saham Pemula (ISP)
Dalam proses design thinking atau metode berfikir, empathy menjadi hal yang sangat krusial untuk dilalui. Bukan berarti kewajiban, namun empathy step ini menjadi kunci bagaimana sebuah produk atau layanan dapat disampaikan ke pengguna. Apapun bentuk produk atau layanannya. Untuk sebuah produk yang ditawarkan tentunya harus menjadi solusi atas masalah yang dialami pengguna atau konsumen. Layanan pun demikian.
Sebelum dive in pada proses empathy dalam pengembangan komunitas, maka hal yang perlu kita tentukan terlebih dahulu adalah pengguna atau siapa yang akan mendapatkan manfaat dari adanya komunitas tersebut atau istilah lainnya adalah user persona. User persona memberikan gambaran siapa yang akan mendapatkan layanan, bagaimana mereka berfikir dan cara mereka memperoleh informasi tentang layanan kita
Secara ringkas, beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam mendefinisikan user persona adalah: identitas, motivasi, pengetahuan, hasrat dan kebutuhan. Dengan mengetahui user persona, kita dapat mengetahui target audience, customer needs dan dapat menentukan strategi yang tepat dan yang tak kalah penting adalah mengantisipasi kemungkinan perubahan perilaku dari target audience.
Pada konteks komunitas Investor Saham Pemula (ISP), user persona nya adalah:
- Masyarakat umum yang belum atau masih sangat awal belajar tentang investasi saham
- Memiliki ketertarikan untuk mendalami lebih dalam tentang investasi saham
- Memiliki waktu yang terbatas untuk belajar investasi saham
- Memiliki teman/ kolega yang terbatas pengetahuannya tentang investasi saham sehingga tidak ada ruang untuk berdiskusi
Setelah menentukan user persona, maka proses empathy dapat dilanjutkan. Dengan urutan seperti ini, kita dapat mengetahui siapa yang seharusnya kita berikan empathy.
Komunitas ISP sudah berdiri sejak 2014. Komunitas ISP berdiri dengan tujuan untuk memberikan edukasi tentang investasi saham. ISP digerakkan oleh mahasiswa di kampus dan kampus menjadi titik awal biasanya edukasi dimulai hingga diperluas ke masyarakat umum di suatu kota.
Pada tahun berdirinya ISP, investasi saham masih menjadi hal yang sangat tabu untuk dibicarakan. Kesan mewah dan terbatas masih menjadi hal yang melekat di benak masyarakat ketika disebutkan investasi saham. Dengan mindset tersebut, tidak sedikit yang kesulitan untuk mendapatkan literasi tentang investasi saham. Kalaupun ada, biasanya edukasi saham masih terpusat di kota besar dan tak jarang yang berbayar. Maka tahapan awal kita adalah memposisikan diri sebagai pengguna atau orang yang ingin belajar tentang saham pada awalnya.
Dalam sebuah artikel yang berjudul Teaching Empathy Through Design Thinking, empathy adalah the first step in design thinking because it is a skill that allows us to understand and share the same feelings that others feel. Through empathy, we are able to put ourselves in other people’s shoes and connect with how they might be feeling about their problem, circumstance, or situation. Dengan definisi tersebut, hasil empathy yang didapat adalah:
- Kesulitan belajar tentang saham karena berbiaya mahal dan akses terbatas
- Minder untuk berjejaring karena biasanya saham hanya untuk golongan yang “eksklusif”
- Tidak memiliki waktu kosong karena bekerja dari Senin sampai Jum’at.
- Belajar saham terkesan terlalu rumit dan serius
- Belajar saham hanya untuk yang berkuliah di jurusan ekonomi atau keuangan
Dengan ber-empathy, komunitas ISP lebih mudah untuk membuat dan mengeksekusi strategi edukasi saham. Beberapa diantaranya adalah tidak memungut biaya bagi mereka yang ingin belajar saham, tidak membatasi siapapun untuk belajar saham, baik dari pelajar hingga pensiunan, memiliki pengurus regional di beberapa daerah di Indonesia, edukasi di lakukan di hari libur (weekend) dan dilakukan di cafe sehingga lebih santai dan melibatkan berbagai komunitas, anggota bursa bahkan regulator untuk edukasi
Proses design thinking ini diterapkan hingga sekarang dengan continous improvement dan diteruskan di setiap regional di daerah. Sehingga kegiatan yang muncul menjadi lebih variatif dan bisa sangat menyesuaikan dengan konteks regional masing-masing.
Sebagai penutup, pentingnya empathy dalam proses inovasi sosial membuat siapapun dapat mengetahui kondisi objek dari manfaat yang kita berikan dan manfaat tersebut akan lebih guna. Lebih lanjut, Social Innovation Hub Indonesia yang menjadi referensi penulis setelah mengikut Digital Social Innovation Bootcamp menjadi dorongan untuk dapat mengembangkan komunitas ISP hari ini yang lebih user centered.
Ditulis oleh:
Faruq Al Hadid
Innovation Learning Lead
Social Innovation Hub Indonesia
References:
https://dailysocial.id/post/user-persona
https://www.edutopia.org/blog/teaching-empathy-through-design-thinking-rusul-alrubail#:~:text=Empathy%20is%20the%20first%20step%20in%20design%20thinking%20because%20it,problem%2C%20circumstance%2C%20or%20situation.