Inovasi Keuangan dari Implementasi Rangkiang

Agile Innovation Labs
3 min readFeb 24, 2022

--

Minangkabau tidak hanya identik dengan rendang tapi juga Rumah Gadang. Tapi adakah ada yang ngeh bahwa ada sejenis Rumah Gadang dengan ukuran yang lebih kecil di sekitar nya? Ya, itulah tempat penyimpanan padi/lumbung bagi orang Minang, Rangkiang namanya. Rangkiang berukuran kecil dengan hanya memanfaatkan 4 atau 6 buah tiang sebagai penyangga.

Photo by Anggri Yulio on Unsplash

Rangkiang tidak memiliki pintu seperti bangunan pada umumnya. Rangkiang memiliki jendela kecil di bagian atas dan butuh tangga untuk menaikinya. Setelah selesai tangga akan disimpan dibagian bawah Rangkiang.

Tidak hanya sebagai tempat penyimpanan padi, Rangkiang juga menunjukkan simbol kejayaan suatu kaum. Kenapa? Karena Rangkiang yang menyimpan banyak persediaan bahan makanan tidak hanya digunakan untuk konsumsi satu keluarga tapi juga untuk membantu satu kaum. Dan dari sinilah, filosofi perencanaan keuangan itu berasal.

Rangkiang yang berjumlah 4 memiliki fungsi dan filosofinya masing-masing. Berikut penjelasannya:

  1. Rangkiang Sitinjau Lauik

Rangkiang tagak sajaja
Di tangah sitinjua lauik
Panjapuik si dagang lalu
Paninjau pincalang masuak

Fungsinya sebagai penyimpanan padi yang akan digunakan untuk kebutuhan membeli barang sehari-hari atau pembiayaan belanja barang yang tidak bisa dibuat sendiri. Alokasi ini tentunya berbeda dengan konsumsi makan, karena belanja barang saat ini bisa diartikan untuk membeli kuota internet, membeli bensin kendaraan, membayar listrik & air, membeli perlengkapan mandi dan lainnya. Idealnya, alokasi ini seharusnya bisa lebih sedikit dari alokasi untuk membeli makan karena makan menjadi kebutuhan dasar yang frekuensi dan kuantitas nya akan menyesuaikan dengan kebutuhan setiap orang.

2. Rangkiang Sibayau Bayau

Di kanan si bayau-bayau
Lumbuang makan patang pagi

Rangkiang ini berfungsi untuk keperluan makan sehari-hari, hanya untuk makan. Namun untuk kondisi saat ini, tidak sedikit dari kita juga memasukkan alokasinya kedalam kebutuhan membeli dan menghabiskan waktu di coffee shop ke dalam porsi ini, karena kebiasaan baru ini menjadi kebutuhan primer yang dilakukan setiap hari. Tentunya ini bisa memiliki banyak sudut pandang (kebutuhan dan lifestyle setiap orang) tapi alangkah baiknya ‘Rangkiang Sibayau Bayau’ berisi simpanan yang bermanfaat, sehat dan tidak terlalu mahal karena akan dikonsumsi setiap hari.

3. Rangkiang Sitenggang Lapa

Di kiri sitenggang lapa
Tampek si miskin salang tenggang
Panolong urang kampuang
Di musim lapa gantuang tungku

Rangkiang ini berfungsi seperti dana darurat dalam perencanaan keuangan, yang mana akan sangat berfungsi ketika musim paceklik tiba dan sebagai ‘pengganti pemasukan’ yang hilang sementara. Sementara diartikan bahwa sejatinya kita harus mencari pemasukan lagi untuk membiayai kehidupan bulanan, tanpa harus menggunakan dana darurat terus menerus.

Dalam siklusnya, orang akan mengalami gagal panen sehingga kebutuhan sehari-hari akan terpenuhi oleh simpanan.

Tidak hanya untuk kebutuhan yang si-empunya rangkiang, tapi simpanan ini juga difungsikan untuk menolong orang lain maupun untuk penyelenggaran acara adat. Ketika musim paceklik tiba, simpanan padi ini cukup memenuhi kebutuhan sampai musim semai tiba.

Sama halnya dengan kondisi saat ini. Dana darurat berfungsi sebagai ‘pengganti pemasukan’ ketika kita pemasukan kita tidak lagi/sulit untuk mencukupi pengeluaran bulanan. Besarannya akan sangat tergantung pada jumlah tanggungan dan kepiawaian kita dalam menghasilkan uang. Makin banyak tanggungan (misal: berkeluarga dengan anak 1) maka dana darurat bisa dianggarkan sebanyak 12x pengeluaran.

Selain itu Dana Darurat juga bisa digunakan untuk perbaikan atap rumah yang bocor, biaya untuk pendidikan anak yang diluar dugaan, kerusakan pada kendaraaan, biaya sakit dan lainnya. Tapi perlu diingat, ketika dana darurat dipakai, maka harus kita tabung kembali untuk mencapai jumlah yang ideal.

4. Rangkiang Kaciak

Lumbuang kaciak salo-manyalo
Tampek manyimpan padi abuan

Sesuai namanya yang kecil, Rangkiang ini hanya menyimpan padi untuk disemai ketika musim bertanam tiba. Padi yang didapatkan ketika panen tidak dihabiskan seluruhnya untuk pengeluaran, tapi juga dialokasikan lagi (sebagai modal) untuk bercocok tanam di musim selanjutnya.

Walaupun saat ini tidak banyak Rumah Gadang yang menggunakan Rangkiang, namun filosofi ini tentunya masih sangat relevan untuk diterapkan saat ini. Adanya skala prioritas dan kedisiplinan menabung untuk dana darurat yang dipersiapkan untuk masa-masa sulit menjadi 2 hal yang penting.

Lebih lanjut, implementasi filosofi rangkiang bisa jadi tidak hanya bermanfaat untuk orang Minang, tapi juga mendukung Sustainable Development Goals (SDG) dalam kerangka global. Filosofi membagi-bagi pemasukan sesuai kebutuhan bulanan, tidak menghabiskan hasil panen (atau gaji) untuk dijual seluruhnya dan langsung tanpa diolah, menyimpan untuk kondisi paceklik bisa mengatasi kelaparan, gizi buruk, pinjam meminjam dengan bunga tinggi yang marak terjadi saat ini.

Author:
Muhammad Faruq Al Hadid
Innovation Learning Lead
Social Innovation Hub Indonesia

Sumber:

  1. https://dinaspangan.sumbarprov.go.id/details/news/504
  2. https://www.sdg2030indonesia.org/

--

--