INCREASE: Usaha Sosial Hadirkan Akses dan Kesetaraan Bagi Penyandang Disabilitas

Agile Innovation Labs
4 min readDec 3, 2022

--

Sumber: Dokumentasi Increase

Seperti yang Anda ketahui, setiap tanggal 3 Desember 2022 diperingati sebagai Hari Disabilitas Internasional 2022. Dikutip dari laman resmi Persatuan Bangsa-bangsa (PBB), tema yang di tahun 2022 adalah “Transformative solutions for inclusive development: the role of innovation in fuelling an accessible and equitable world” atau “Solusi transformatif untuk pembangunan inklusif: peran inovasi dalam mendorong dunia yang dapat diakses dan adil”.

Di Indonesia, masih banyaknya stigma yang menyatakan bahwa disabilitas merupakan penyakit ‘kutukan’, sehingga masih banyak orang yang malu bahkan merasa rendah diri karena keterbatasannya. Stigma yang ‘melekat’ pada teman-teman difabel, kemudian diubah oleh Jimmy Febriyadi yang merupakan CEO sekaligus founder Increase, Inclusive Creative social enterprise yang mengajak kelompok marginal dan difabel untuk lebih berdaya dengan kelebihan yang mereka miliki.

Berawal dari projek yang dikerjakan bersama tim kantornya, ternyata mengubah model bisnis mereka yang tadinya full profitable menjadi social enterprise. Sebelum Increase hadir, Bapak Jimmy mendirikan perusahaan di bidang business development service provider pada tahun 2008. Merupakan bisnis penyedia layanan pengembangan usaha yang lebih banyak mendampingi umkm dan bekerja sama dengan organisasi internasional serta United Nation (UN) Agency.

Pada suatu kesempatan, mereka menangani projek yang fokus terhadap teman-teman disabilitas dengan materi manajemen keuangan. Ada hal menarik yang ditemukan saat menemani teman-teman disabilitas, yaitu kemampuan yang dimiliki ada, tetapi tidak dengan kesempatan. Melihat adanya ‘area yang terabaikan’, maka Bapak Jimmy tertarik untuk memutar arah bisnisnya. Saat itu yang terpikirkan hanya,

“Bagaimana caranya untuk tetap bermitra dengan teman-teman disabilitas, tanpa terpotong oleh waktu projek yang disepakati?

Akhirnya setelah rutin berdiskusi dengan PPD (Perkumpulan Penyandang Disabilitas) Mitra Sejahtera, terkait isu advokatif yang berkaitan dengan memperjuangkan hak-hak difabel untuk mendapatkan fasilitas yang sama dengan non difabel, diperlukan wadah lain untuk menyelesaikan isu lain di lingkungan difabel. Kemudian pada tahun 2017 nama Increase dilegalkan dengan membawa keresahan lainnya yaitu ekonomi yang berdampak pada akses pendidikan dan kesehatan serta stigma-stigma yang ada, seperti:

“Kelompok marginal dan disabilitas adalah kelompok yang perlu dikasih bantuan”

Perlahan stigma ini ingin dihapuskan, inginnya orang-orang melihat difabel bukan karena kasihan tetapi mengapresiasi karya yang dihasilkan. Padahal, sebenarnya isu yang dirasakan oleh teman-teman difabel adalah kurangnya rasa percaya diri sehingga berdampak pada ekonomi. Hal inilah yang menantang Increase untuk menemani teman-teman hingga mampu berdaya bagi diri sendiri maupun orang lain.

Increase tidak bekerja sendiri, sejauh ini mereka bekerja sama dengan PPD dan organisasi lainnya yang ingin bermitra dan memiliki nilai maupun visi yang sama. Menariknya visi mereka adalah membangun ekosistem yang inklusif dan berkelanjutan. Tidak hanya membuat gerakan untuk membantu taman-teman difabel meningkatkan kapasitas dirinya dengan mengasah rasa percaya diri dan keahlian yang mereka miliki, tetapi juga membuat suatu ekosistem inklusif yang berkelanjutan sehingga gerakan ini tidak padam begitu saja.

Saat ini, jumlah anggotanya yaitu 430 anggota yang berlokasi di 14 desa dengan jangkauan dari Aceh, Manado, Jawa dan Sulawesi. Sedangkan mitra yang ikut serta dalam kegiatan pendampingan juga berada di lintas provinsi dan daerah di Indonesia. Selain dengan teman-teman difabel, Increase juga pernah mendampingi masyarakat pesisir dan masyarakat yang telah selesai masa belajarnya di Lapas untuk mendapatkan pendampingan persiapan kerja.

Increase merupakan social enterprise yang secara revenue, berasal dari jasa dan produk yang dihasilkan oleh teman-teman difabel. Jasa yang diberikan adalah jasa pelatihan bagi UMKM untuk program pengembangan. Produk yang dijual adalah produk hasil kreasi dari teman-teman difabel yang kemudian dikurasi oleh ahli di bidangnya. Sehingga harapannya produk yang dibeli masyarakat bukan karena kasihan, tetapi karena kualitas yang diberikan.

Terkadang ada dilema yang dirasakan saat mempromosikan produk, karena rasanya ingin dibeli bukan karena kasihan tapi kualitasnya. Di sisi lain, belum banyak investor yang berani mengambil risiko bekerja sama, karena meningkatkan kuantitas takut dianggap eksploitasi, sedangkan meningkatkan kualitas belum tentu daya belinya tinggi, karena taste yang berbeda.

Increase juga aware dengan isu pemberian akses pekerjaan bagi teman-teman difabel yang sekaligus menjadi tantangan bagi mereka kedepannya. Saat ini, mereka mengajak teman-teman difabel untuk memiliki keahlian dan bisa membuka lapangan kerja sendiri melalui pendekatan non formal. Kedepannya, bukan hanya melakukan pendekatan secara non formal, tetapi juga formal untuk mendukung teman-teman difabel mendapatkan pekerjaan, lingkungan, fasilitas dan adaptasi yang baik di perusahaan.

Jika mengutip dua kata dari tema tahun ini, yaitu “akses” dan “adil”, merupakan salah satu isu hangat atau bahkan keresahan bersama bagi teman-teman disabilitas atau yang akrab dengan sebutan difabel. Dikutip dari laman resmi Ombudsman, menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, mereka memiliki hak yang sama untuk mendapatkan akses pekerjaan, pendidikan bahkan fasilitas yang sama dengan teman-teman non disabilitas.

Hasil dari survei yang dilakukan Ombudsman di tahun 2019, pada tingkat Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) menunjukan bahwa salah satu indikator yang paling banyak belum dipenuhi yaitu ketersediaan layanan khusus bagi difabel, yaitu sebanyak 23,14% di Kementerian; 32,21% di Lembaga; 35,4% di Pemerintah Provinsi; 55,09% di Pemerintah Kabupaten; dan 56,12% di Pemerintah Kota yang sudah memenuhi indikator ketersediaan layanan khusus bagi pengguna berkebutuhan khusus.

Pesan dari Pak Jimmy dalam mengembangkan usaha inovasi sosialnya dengan kegiatan yang beragam sebagai full time di Increase dan Master fasilitator Program di British Council, yaitu cara pembagian waktu yang tepat serta mendelegasikan pekerjaan tanpa melupakan pengkaderan. Jangan sampai kita terlalu banyak mengintervensi pekerjaan yang dilakukan. Cukup siapkan sistem untuk mempertahankan nilai (value) yang dihidupkan serta cashflow tetap aman. Kantor yang kita miliki boleh kecil, tapi jangan sampai jaringan yang kita punya untuk membangun ekosistem dan keberlanjutan kecil.

Ditulis oleh:
Firda Shabrina — Innovation Learning Squad
Social Innovation Hub Indonesia

sumber:

https://news.detik.com/berita/d-6436645/hari-disabilitas-internasional-2022-tema-dan-sejarah-peringatan.

https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--pelayanan-publik-bagi-penyandang-disabilitas

https://www.dw.com/id/disabilitas-dan-tantangannya/a-55625999

--

--