Hubungan Inovasi, Alhamdulillah dan Entropi

Agile Innovation Labs
7 min readFeb 1, 2021

--

Ternyata hubungannya baik-baik saja … hehehe 👌. bukan itu yang mau kita share. Gini nih preambule-nya.

Sepekan ini, saya coba menggali insight tentang salah satu kekuatan Youtube 📹 di teks nya. Ya … teks nya, bukan video-nya. Hipotesisnya, kalau digabung antara teks dan video dari kacamata UX (User Experience), adalah suatu jalan Awareness yang efektif banget (kalau kita menggunakan pendekatan Awareness — Interest — Desire—Action, atau Discover kalau pendekatan Discover — Onboard — Use).

Lalu teman memberi contoh kalau di beberapa video Pak Gita Wirjawan, ternyata modelnya seperti itu. Eh tanpa ada hubungan, teman yang lain forward video seri Endgame di bawah ini yang ternyata juga juga dari Pak Gita Wirjawan.

Teman yang lain ini bersama saya, punya cita-cita bersama agar kita bisa membangun desa rezeki kota bisnis mendunia — dengan inovasi. Bahkan sampai pernah masuk-masuk pelosok Kabupaten Kutai Timur segala, lengkap dengan real off-road experience 🎠dan night views 👹 yang sepanjang mata memandang hitam semua tidak ada titik cahaya sama sekali.

Video Endgame Pak Gita Wirjawan yang mengundang cofounder Nusantics ini relevan sekali, penuh dengan leading questions mengenai pengembangan inovasi. Kalau dilihat between the line, kita bisa menemukan hubungan antara inovasi, entropi dan alhamdulillah.

Script detail tentang konsep-konsep yang dibahas dalam talkshow ini ada di bawah, semoga membantu untuk teman-teman yang perlu.

My key takeaways dari video ini ada 2B = bersyukur 👨‍❤️‍👨 dan berkah 🍇:

Entropi (derajat menuju ketidakteraturan) dan biodiversity (keberagaman hayati), yang disebutkan sebagai sesuatu yang saling terkait bahkan di level badan manusia, salah satu ujungnya ternyata adalah hidup sederhana. dan hidup sederhana tidak lain senantiasa Alhamdulillah = 👨‍❤️‍👨 bersyukur atas setiap pemberian Tuhan Maha Pencipta.

AI, secara implementasi bisa mengarah ke singularity, dan yang bisa menyainginya adalah wisdom. wisdom ini tidak lain adalah Rohmatan Lil Alamain = 🍇 berkah untuk Indonesia.

Untuk temen-teman yang TLDR; (alias Too Long-Dont Read) atau malas mantengin video panjang (cuma menguntungkan Youtube aja karena bisa banyak taruh iklan 😃) , bisa mengacu ke key point di bawah ini jika ingin zoom ke tema atau bahasan tertentu. tinggal Ctrl+F dan cari point-nya.

Selamat mencerna dan memahami …!

Video Summary

00:00:05

konsep bahwa entropi atau derajat chaos pasti akan naik (hukum ke-2 termodinamika).

00:21:30

walaupun demikian, manusia tambah cerdas, malahan tambah punya desire to control.

00:22:50

apa karena kurang responsibility di manusia ?

00:23:25

research question = bisa nggak laju entropi ditahan supaya kita masih bisa sustain?

00:23:45

entropi dan diversity itu nyambung.

00:24:20

apa yang dilakukan industri sekarang adalah memotong siklus alam supaya dapat economic gain setinggi-tingginya. sayangnya tidak bisa balik lagi.

00:24:45

Nusantics = meng educate supaya Biodiversity tetap terjaga.

00:25:45

atomic, bit and bytes, sequencing bisa berpotensi merekayasa apa yang terjadi.

00:28:05

nature vs nurture itu berkorelasi.

00:28:55

manusia sebenarnya super organism, holobiont. instead of single organism.

00:30:20

biodiversity, di badan manusia, atau di ekosistem manapun, sebenarnya bisa dilihat. dan bisa digunakan agar manusia mengambil keputusan dengan lebih conscious, not ignorant.

00:31:40

sebenarnya keren kalau kita bisa memperbaiki manusia, juga biodiversity. tapi masalahnya belum ada “critical mass” / belum banyak orang yang sadar konteks.

00:34:05

untuk meng enhance diversity, se simpel dengan cara berani hidup dan hidup lebih sederhana.

00:34:40

dengan pandemi yang jadi new normal, kita harus menghadapi dengan imunitas. dan imunitas itu ada korelasi dengan biodiversity di badan kita (dalam konteks diet, perlu balanced).

00:35:55

Nusantics buat PCR test sendiri.

dikaitkan sama misi = biodiversity tetap terjaga, di tengah entropi yang unsustainable.

konteks/pemetaan:

market apa yang paling lucrative, teknologi siap, regulasi tidak ribet.

hasilnya = kesehatan, diet, diagnostik, eco tourism, mobil listrik, pharmaceutical, agri biotech.

market yang paling siap ternyata = beauty/kecantikan.

00:38:05

salah satu implementasinya adalah men swab tes muka dan melihat biodiversity semacam lihat jamur dan bakteri.

ini strategi soft, untuk meng inspirasi bahwa biodiversity matters.

00:40:20

yang keren di Nusantics:

Revata = CTO.

Fara. Bio informatics.

00:41:30

Sharlini merasa sebelumnya kalau sama pemerintah = cinta dan benci, karena utk menyampaikan ide saja, disposisinya panjang.

Pak Gita = pemerintah sebenarnya tidak kekurangan niat, tapi ada penyakit yang namanya birokrasi. ini yang perlu direkayasa.

00:43:45

Di Inggris, sudah ada produksi vaksin berbasis microbioms.

di Indonesia, biodiversity orang lebih banyak, ada unfair advantage.

00:45:50

pemerintah sudah saatnya mengajarkan hal-hal yang lebih basic untuk meningkatkan imunitas. daripada bergantung ke vaksin.

00:47:00

ada Earth BioGenome Project dengan pendanaan sd 4.7 miliar USD. untuk men sequence semua organisme yang ada di bumi, utk mengetahui apa yang membuat suatu ekosistem resilience.

00:48:15

kesadaran untuk hidup sehat, sebenarnya sudah muncul di Indonesia.

yang belum ada adalah uniting context, yang menyatukan.

00:49:35

Nusantics saat ini sedang men sequence spot spot yang “dirusak manusia” dengan real time monitoring dan bantuan machine learning.

yang dilakukan adalah mempersiapkan pipeline-nya agar reliable. data yang dipakai diharapkan nanti dari Earth BioGenome (yang akan dibuka sebagai open source).

00:51:20

berapa uang yang diperlukan untuk memetakan seluruh biodiversitas kita? pernah dihitung Nusantics, perlu sekitar 2 miliar USD.

sebenarnya kecil dalam konteks ekonomi 1.1 triliun USD, APBN 150 miliar USD.

untuk men sequence gnome nya 270 juta manusia? menurut Sharlini, tidak akan lebih mahal dari 2 miliar USD, karena kodenya lebih sedikit dan ongkos storage nya lebih rendah.

00:54:25

upaya sequencing seperti ini, apakah seharusnya public, private, atau public-private-partnership?

Sharlini melihat bahwa manifestasi trust itu berubah-ubah = trust protocol, termasuk uang juga manifestasi trust yang berubah-ubah.

Pak Gita melihatnya sebagai data, dan Nusantics juga melihat hal ini sebagai business case yang solid (utk monetisasi).

00:57:35

scientist punya tendensi hilang arah dalam redactionism.

jika punya data yang akurasinya tinggi — seperti misalnya 270 juta orang — ditambah dengan power and desire, bisa jadi tidak ada kontrol.

00:59:20

The Gene by Siddharta Mukherjee: antara nature dan nurture, dan kaitannya dengan AI. AI punya constraints, jika didesain oleh satu orang, maka akan menjadi objective orang tersebut.

dan ujung-ujungnya bisa membahayakan, seperti berperang dengan AI sendiri.

01:01:00

dengan AI yang semaju itu, akan menjadi suatu normal berupa Singularity. orang akan bisa memohon kepada orang yang wise utk dipasang implant, sehingga bisa melawan AI di game nya sendiri.

01:01:35

dengan Singularity, tiap orang bisa menjadi polymath (ie punya kemampuan pemahaman yang banyak).

ujung-ujungnya hal yang dicari adalah wisdom. wisdom bisa dicapai jika punya sudut pandangan yang banyak.

01:03:05

pola pendidikan perlu berubah untuk jangan terlalu redaksionis seperti sekarang.

01:04:05

apakah kita siap untuk membuka data sestrategis itu sekarang?

01:04:40

anggaplah ada kemuliaan.

perlu uang, bisa berasal dari swasta dan pemerintah.

yang swasta: terekspos dengan siklus 7 tahun (uangnya harus di daur ulang dalam waktu 7 tahun).

yang pemerintah: syukur-syukur bisa berpikir 30, 40, 50 tahun ke depan. tapi juga dipengaruhi siklus politik 5 tahun yang berubah warna.

Sharlini lebih percaya kepada sektor swasta, yang menurutnya lebih terbiasa menjaga common interest.

01:06:35

konflik-konflik kepentingan pemerintah dan swasta bisa terjadi.

bahkan sampai di interseksi (red: persinggungan) di mana kita harus memilih.

sudah kejadian di konteks bits and bytes, swasta sudah mengendalikan dalam konteks perilaku orang. demokrasi di beberapa negara sudah terkooptasi oleh teknologi.

01:08:50

dana dari pemerintah justru lebih bisa dipertanggungjawabkan.

kalau dananya datang dari luar, kepentingan “kemuliaan”-nya tidak sebesar yang ada sini.

resiko daur ulang dana di swasta siklus 7 tahun lebih besar dibandingkan resiko daur ulang politik siklus 5 tahun, karena politik ujung-ujungnya adalah mengikuti suara rakyat.

01:11:00

ada fenomena di mana negara-negara yang tidak mempunyai kemajuan di sisi Artificial Intelligence, berupa menyusul dari sisi Synthetic Biology.

ada sesuatu yang ditakutkan yaitu biohacking. yang mana bisa mempercepat entropi.

01:14:10

jika terjadi singularity, power ada di negara yang mempunyai diversity paling banyak, dan itu yang harus dijaga.

dan untuk itu kita harus melakukan mapping. namun pertanyaannya: siapa yang harus mendanai, yang 4 Miliar USD itu? dan bagaimana kemungkinan terkooptasi?

01:15:25

apakah kita bisa mendapatkan uang dari potensi yang kita punya sekarang?

Pak Gita melihat hal tersebut adalah path to profitability dan scalability, namun ada yang lebih sederhana lagi: narasinya + eksekusinya. tinggal di scale-up.

lalu nanti mentok, ada point di mana harus outsource, karena kelangkaan talenta.

kalau bisa menarasikan dan membuktikan kalau punya kemampuan eksekusi, nggak susah nyari duit. tinggal nyari 1 orang saja yang percaya dengan narasi Anda.

Justru nanti ke depannya pada saat scale up, ternyata duit harus didaur ulang dalam waktu X tahun. nah itu bakal terjadi konflik kepentingan.

Nusantics sudah memetakan resiko ini dan aksinya adalah dengan mendiversifikasi bisnisnya. yang mana pergerakan uangnya lebih cepat agar cukup punya view untuk mencapai tujuan mulia.

01:19:40

Indonesia sampai tahun 2045 punya GDP sampai 10 triliun USD.

01:20:25

Nusantics saat ini mempunya talent yang lebih banyak berupa scientist. mereka juga lihat akan jauh lebih efektif kalau orang seni yang turun untuk science translator, yang paham budaya, misalnya lewat film.

Pak Gita yakin ada kaitan antara letupan Toba 75.000 tahun yang lalu dengan evolusi kognitif. bagian dari evolusi humanity yang luar biasa.

01:25:15

Sharlini berharap momentum Covid jangan dilewatkan. di mana rakyat Indonesia tergabung untuk tujuan yang sama, dan bisa menjadi momen awakening.

01:27:20

duit itu sebenarnya banyak di dunia. tapi duit tersebut dikelola dengan tanggung jawab fiduciary = harus bisa dipertanggungjawabkan. dan mereka bingung mau ditempatkan di mana, untuk sementara ditempatkan di negara maju.

duit tersebut sudah mulai dimobilisasi untuk kepentingan teknologi yang disruptif.

yang punya duit adalah pemerintah. kalau di swasta, yang punya duit di luar negeri. kalau ngomong skala gede, 4 billion USD.

01:28:55

liquidity yang ada di dunia ini kurang lebih 100 triliun USD. mayoritasnya dikelola oleh manajer yang punya tanggung jawab fiduciary.

01:30:10

di tahun 2045 utopia yang Sharlini bayangkan seperti apa? jawabnya = seperti Wakanda, alamnya ada, berbudaya, namun punya value yang dipegang kuat dan posisinya cukup kuat untuk membantu kestabilan dunia terwujud. distopianya = Asgard, negaranya hilang tinggal orang-orangnya saja. konteksnya dalam hal ini Stan Lee adalah narator yang luar biasa.

01:32:55

apakah synthetic biology akan net positive atau net negative, untuk memperbaiki genetik? menurut Sharlini, untuk tahun 2045 akan net negative, karena di tahun-tahun ini ada kemungkinan singularity mungkin terjadi.

synthetic biology justru yang pertama kali akan pakai adalah orang-orang dari ras tertentu di mana dari sisi evolusi sudah di titik akhir, agar tetap hidup.

untuk Indonesia, singularity akan lebih net positive di tahun 2045.

01:36:40

setiap orang sebenarnya dilahirkan dengan curiosity. yang menghentikan curiosity adalah pola asuhnya, terutama sebelum usia 5 tahun.

hal ini yang di Indonesia belum rata, dalam hal fasilitas. hal ini yang perlu diintervensi.

--

--