Dilirik World Bank karena Membuka Rahasia Mangrove

Agile Innovation Labs
3 min readMar 15, 2022

Mendengar kata ‘riset’, bagi sebagian orang akan langsung merasa ‘alergi’ bahkan pusing karena yang terpikirkan adalah proses yang melelahkan. Tapi konsep ini berbeda, ketika Bapak Onrizal, Peneliti Ekologi dan Konservasi Hutan Tropika Universitas Sumatera Utara,memahami kalau riset adalah petualangan membuka rahasia alam sebagai bentuk kuasa dari Sang Maha Pencipta dan tidak disangka World Bank melirik hasilnya. Bagaimana bisa terjadi?

Dimulai dari masa mudanya, Bapak Onrizal tidak betah jika harus terus berkutat dengan kegiatan yang ada di kampus seperti belajar. Akhirnya beliau banyak melakukan kegiatan di luar kampus dan berteman dengan siapa saja, lintas golongan. Mulai dari NGO, hingga masyarakat biasa. “Kalau kita bergaul sama masyarakat, kita jadi tahu apa masalah yang sedang terjadi. Dari sana kita bisa bantu menyelesaikan masalahnya”.

Rasa ingin tahu yang tinggi dalam melihat berbagai fenomena yang ada, membuat Bapak Onrizal terus menggali informasi mengenai mangrove. Selain membantu desa binaannya dalam memanfaatkan mangrove sebagai ekowisata dan pemeliharaan mangrove yang berkelanjutan, pada tahun 2017, beliau mengusulkan kepada Kementerian Kehutanan agar mangrove masuk ke dalam perhitungan kontribusi nasional untuk mitigasi perubahan iklim (Nationally Determined Contribution atau NDC). Hipotesisnya, mangrove memiliki potensi mengurangi efek rumah kaca, karena kapasitasnya sebagai penampung besar.

Ketika pemerintahan kekurangan data mengenai hubungan mangrove dengan efek rumah kaca, beliau dan tim dengan senang hati menyediakan datanya. Hingga saat Konferensi Iklim Dunia (COP), Indonesia membuat komitmen (NDC) untuk mengurangi emisi rumah kaca melalui mangrove. Untuk mitigasi perubahan iklim, Indonesia mengunggulkan mangrove selain hutan rawa gambut, karena potensinya 3–10x dari ekosistem pedestrian lainnya. Komitmennya, Indonesia akan merehabilitasi mangrove sebanyak 600.000 sampai tahun 2024.

Sampai akhirnya datang kesempatan World Bank mengadakan panggilan proposal yang dibuka untuk umum dari berbagai lintas negara. Tujuannya untuk membantu perencanaan dan peningkatan kapasitas pemerintah dalam rehabilitasi mangrove dalam projek Mangrove for Coastal Resilience dengan grant sebagai bentuk apresiasinya. Akhirnya, setelah melewati banyak saingan mulai dari negara Eropa, Amerika, hingga kampus-kampus besar di dunia, terpilihlah proposal yang diajukan oleh PTHI Hatfield Indonesia (PTHI) dengan tenaga ahli dari Indonesia.

Apa alasannya? Data yang diajukan berbasis data di lapangan. Rehabilitasi mangrove yang dilakukan bukan hanya asal menanam, tetapi memulihkan ekosistem dan kehidupan ekonomi masyarakat pesisir. Proses kerja sama berjalan selama 6 bulan dengan total grant yang diberikan sebesar 15 M. Projek akan berakhir di tahun 2022, tetapi World Bank masih ingin terus bekerja sama, karena hasil kerja yang bagus, implementasinya jelas, dan pemerintah mengapresiasi hasilnya.

Hingga saat ini, beliau masih terus meneliti. Bahkan penelitiannya mulai bergeser ke tumbuhan lainnya yang menyangkut pada kelestarian habitat hewan-hewan endemik dari Indonesia, seperti Orangutan di Sumatera. “Manusia akan bergantung pada lingkungannya, jika tidak dijaga maka yang akan terdampak pertama kali adalah masyarakat kecil. Mulai dari konflik dengan binatang buas, banjir hingga tanah longsor”.

Beliau akan terus meneliti, karena ingin terus berkontribusi sebesar-besarnya bagi negeri. “Negeri ini sudah memberikan banyak dan saya akan mengkontribusikan banyak hal untuk kelestarian negeri ini”. Jika terus bergerak melakukan kebaikan yang berdampak, akan ada orang baik yang akan membantu pergerakan kita. Teruslah berjalan, berjejaring, berkomunikasi dan transparan terhadap informasi.

Kuncinya adalah dengan perbaikan, semakin banyak mengungkap rahasia alam, melakukan riset dan membaca akan membuka kebaikan-kebaikan lainnya yang belum terungkap. Tanpa riset, tidak akan ada perbaikan dan inovasi.

Ditulis oleh:
Innovation Learning Squad
Social Innovation Hub Indonesia

--

--