Collaboration: Heart Before Tech

Agile Innovation Labs
3 min readMar 11, 2022
Sumber: Dokumen Pribadi

Mencapai tujuan bersama, bukan cuma merancang tahapan penyelesaiannya atau bahkan menyamaratakan keresahan yang dirasakan orang-orang. Padahal bisa jadi keresahan setiap orang berbeda. Berbeda dengan cara Bea Cukai Tanjung Emas mencapai tujuannya.

Menurut Bapak Anton, “Kerja keras, kalau sendiri-sendiri tidak terlalu banyak berpengaruh besar. Karena tidak cukup kerja keras, tapi juga smart dengan mengkolaborasikannya”. Sistem SSm-Joint Inspection yang diaplikasikan oleh Bea Cukai Tanjung Emas, awalnya diragukan karena mengefisiensi alur sistem yang sudah ada. Artinya mengganggu ‘teritorial’ instansi lain yang sebelumnya sudah ada. Ditambah, ego sektoral yang terkadang menjadi tantangan lainnya agar informasi yang didapatkan di lapangan merupakan info yang transparan.

Jika ditelaah lebih lanjut, sebenarnya bukan merasa ‘terganggu’ tapi belum sampainya pesan kolaborasi dengan baik dan sepaham. Karena itulah, komunikasi dengan masing-masing instansi terkait adalah salah satu solusi yang diambil. Memiliki tujuan bersama yang lebih besar, seperti kemajuan Ekonomi Indonesia melalui efisiensi dan kecepatan dalam proses ekspor-impor menjadi salah satu cara untuk menyelaraskan tujuan. Tahapan ini bisa dibilang menyatukan chemistry dan persepsi.

Saat tujuan sudah sama, bagaimana cara mengajak tim dari berbagai instansi untuk turut ikut andil? Umumnya penolakan terjadi karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan seseorang dalam beradaptasi pada sesuatu yang baru, biasanya karena faktor usia. Tapi, jika seorang yang menawarkan ide dengan senang hati membantunya, mereka akan terbuka untuk ikut serta. Mereka akan mengirim tim terbaiknya untuk merealisasikan ide yang diberikan. Tahapan ini bisa dibilang pemilihan tempat eksekusi.

Setelah ketiganya terkoneksi (chemistry-persepsi-pemilihan tempat eksekusi), maka akan mudah melakukan terobosan-terobosan baru, walaupun dianggap mustahil oleh orang lain. Terobosan sangat penting dilakukan di dalam sebuah organisasi, karena organisasi akan berinvestasi pada terobosan yang diberikan. Selain bagi organisasi, juga bagi diri sendiri sebagai bahan pembelajaran untuk kegiatan selanjutnya.

Seorang yang melemparkan ide, perlu bertanggung jawab dengan idenya. Bukan berarti dia harus berjuang sendiri, tetapi untuk memastikan bahwa ide tersebut dapat dijalankan sesuai dengan keadaan di lapangan dan bukan hanya mengawang-awang.

Dikritik adalah hal yang biasa, tetapi bagaimana langkah selanjutnya? Kalau kata Pak Anton, “Semakin keras dikritik, semakin bagus. (karena) Kita semakin keras berpikir untuk mengerjakan sesuatu (berinovasi)”. Beliau memberikan banyak kesempatan juniornya untuk menuangkan ide-idenya, karena prinsip beliau: Akan ada masanya kita (sebagai senior) tidak bisa mengikuti perubahan, tapi akan ada masanya mereka dengan ide-idenya dapat menghadapi perubahan yang ada.

Dalam proses kolaborasi, setiap individu di dalam tim atau Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset yang tidak kalah penting. Jika inovasi yang dilakukan oleh sistem, utamanya IT akan lebih mudah untuk mengeksekusinya dalam bentuk output yang nyata. Tetapi jika SDM, sehebat apapun organisasi, dibaliknya ada SDM yang hebat. Kedepannya SDM akan melanjutkan eksistensi organisasi.

Untuk itulah Bapak Anton memberikan kesempatan pada timnya mengeluarkan ide-ide dan banyak belajar di luar keahliannya. Hal ini dilakukan karena sebelumnya beliau diberikan kesempatan yang sama oleh seniornya untuk mengeksplorasi masalah yang ada. Selain itu, harapannya agar mereka dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, sehingga akan lebih mudah jika ada tantangan baru dalam menyelesaikan masalah.

Ditulis oleh:
Innovation Learning Squad
Social Innovation Hub Indonesia

--

--