Ciptakan Resiliensi Pangan dari Komunitas

Agile Innovation Labs
3 min readOct 16, 2022

--

“Leave no one behind” merupakan tema World Food Day (WFD) 2022 yang bermakna tidak meninggalkan siapapun untuk mendapatkan pangan yang layak. Kampanye ini dicapai melalui aksi Better Production, Better Nutrition, a Better Environment, and a Better Life. Sejalan dengan tema WFD tahun ini, di Kota Lampung terdapat sebuah komunitas di Bidang Pertanian yang sudah memulai langkahnya dari tahun 2016, yaitu Komunitas Ayo Menanam Indonesia (KAMI).

Bermula dari kedua founder dengan passion yang sama yaitu bercocok tanam di pekarangan rumah, akhirnya Bapak Muchtar Gunadi dan Bapak Muhammad Soleh yang berprofesi sebagai ASN di Dinas Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian, memutuskan untuk membuat komunitas pertanian.

Keresahan keduanya terhadap lingkungan sekitar yang memiliki lahan pekarangan terbatas di perkotaan, tapi belum dimanfaatkan dengan optimal serta isu ketahanan pangan yang berhubungan dengan kemudahan mendapatkan pangan yang layak dan isu keamanan pangan, menjadi bahan bakar bagi keduanya untuk mengajak masyarakat memaksimalkan lahan pertanian yang terbatas dengan teknologi terkini.

Awalnya hanya di pekarangan rumah dan mengajak masyarakat di lingkungan sekitar dengan melakukan kegiatan menanam bunga, sayuran hingga buah dan melakukan edukasi cara menanam yang baik. Ternyata, langkah kecil yang mereka lakukan membuahkan hasil. Banyak masyarakat yang mulai tertarik, sehingga mulai banyak rekan-rekan ASN yang ikut mendampingi kegiatan KAMI.

Saat ini, KAMI sudah memiliki ‘tempat eksperimen’ kecil-kecilan bagi tim dan masyarakat yang terlibat menjadi anggota di Kebun KAMI. Lahan kosong seluas 800 m yang dimiliki Pak Muchtar Hadi diubah menjadi kebun yang memproduksi sayur, buah, dan beberapa hewan ternak sebagai lab bagi teman-teman yang ingin berkunjung dan belajar banyak terkait pertanian modern.

KAMI memiliki program unggulan, yaitu pelatihan dan penyuluhan pertanian. Saat ini, KAMI banyak mengajak remaja dan ibu-ibu untuk banyak terlibat dalam program KAMI. Remaja yang cenderung tidak tertarik dengan dunia pertanian, karena dianggap membosankan dan tidak keren, diubah stigmanya menjadi “Mudah, Murah dan Menyenangkan” dengan pendekatan teknologi, seperti hidroponik dan menanam dengan skala pot. KAMI juga mengajak remaja Masjid sekitar untuk terlibat dalam kegiatan di Kebun KAMI.

Sedangkan ibu-ibu, yang cenderung memiliki waktu luang untuk berkebun dan berhitung, diajak untuk mengolah sampah dapur (organik) menjadi pupuk yang bermanfaat bagi lingkungan. Ibu-ibu juga diajak untuk menanam bunga dan sayur di pekarangan, tujuannya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, walaupun dalam skala kecil.

Hingga saat ini, program dengan ibu-ibu tidak hanya dilakukan sebagai ‘iseng-iseng’, tapi sudah mulai diseriusi dengan adanya pembentukan Kelompok Wanita Tani (KWT) di bawah Dinas Pertanian. Sudah ada 5 KWT yang aktif melakukan program wajib, yaitu menanam sayur di pekarangan, yang hasilnya dikonsumsi secara mandiri oleh keluarga maupun dilakukan proses barter dengan anggota lain.

Setiap KWT juga memiliki satu lahan produktif yang dikelola untuk kebutuhan setiap anggota, maupun kelebihannya dijual ke warung sekitar. KAMI juga sudah berkolaborasi dengan program pemerintah dalam melakukan penyuluhan pertanian dengan Pensiunan ASN dan masyarakat melalui tanaman hidroponik.

Kedepannya, KAMI ingin menjadikan Kebun KAMI sebagai Agro Eduwisata yang harapannya menjadi pusat edukasi dan pelatihan pertanian bagi masyarakat. Adanya kafe di Kebun Kami, juga merupakan bagian dari edukasi yang ingin disampaikan kepada masyarakat melalui hasil olahan dari Kebun Kami.

Pada Saat Pandemi COVID-19, KAMI ikut bekerja sama dengan para donatur mengadakan pasar sayur murah dengan membeli sayur dari petani yang harganya anjlok. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari proses empati kepada sesama.

KAMI juga mulai tertarik mengajak keluarga untuk ikut kegiatan menanam bersama. Harapannya jika satu keluarga di perkotaan sudah menerapkan pemaksimalan pekarangan dengan menanam sayur-sayuran yang umum digunakan sebagai menu makanan, dapat mempermudah akses mendapatkan bahan pangan, mengedukasi keamanan pangan yang akhirnya mendukung ketahanan pangan dalam skala mikro.

Selain itu, adanya duplikasi setiap program di daerah lokal, maupun di luar daerah lainnya, dapat mendukung perubahan ketahanan pangan dalam skala yang lebih besar lagi. Mengingat dikutip dari dataindonesia.id, ketahanan pangan Indonesia berada di peringkat ke 63 dari 113 negara dengan keterjangkauan harga pangan yang cukup baik tetapi beberapa indikator lain, seperti ketersediaan pasokan, kualitas, keamanan, serta keberlanjutan dan adaptasi yang masih lemah.

Ditulis oleh:
Firda Sabrina — Innovation Learning Squad
Social Innovation Hub Indonesia

Sumber:

https://unric.org/it/fao-world-food-day-2022-leave-no-one-behind-14-october-2022-h-1000-1100/

https://dataindonesia.id/ragam/detail/indeks-ketahanan-pangan-nasional-meningkat-pada-2022

--

--