Berikan Protein, Inovasi Holistik untuk Kemandirian Protein di Indonesia
Ketercukupan gizi adalah salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara. Ketercukupan gizi ini tidak serta merta dapat diatasi saat seseorang dewasa. Karena pemenuhan gizi manusia harus diusahakan sejak dalam masa kandungan.
Fakta menunjukkan bahwa malnutrisi pada janin di kandungan ibu dapat meningkatkan risiko penyakit diabetes tipe Il, stroke, dan penyakit jantung saat usia dewasa. Risiko penyakit ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas sumber daya manusia. Dalam jangka panjang, hal ini bahkan dapat berujung pada menurunnya pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya berkontribusi pada peningkatan angka kemiskinan dan kesenjangan Indonesia.
Salah satu masalah gizi terbesar yang dialami Indonesia saat ini adalah stunting. Angka stunting di Indonesia masih dalam angka 24,4 persen pada tahun 2022. Padahal, pemerintah membuat target penurunan angka stunting menjadi sebesar 14 persen. Artinya, dalam kurun waktu 1 tahun sisa masa pemerintahan yang ada, angka stunting ditargetkan harus menurun sebesar 10 persen.
Target penurunan angka stunting ini didukung dengan momentum Hari Gizi Nasional 2023. Peringatan Hari Gizi Nasional kali ini mengusung tema yang cukup spesifik, yaitu ‘Protein Hewani Cegah Stunting’. Pasalnya, latar belakang kekuatan protein hewani dalam mengentaskan stunting memang telah terbukti signifikan.
Berikan Protein, startup di bidang gizi yang fokus pada pemenuhan protein, ikut ambil bagian pada masalah gizi Indonesia saat ini. Didirikan sejak 6 April 2021, Berikan Protein telah berlayar selama 2 tahun dalam kontribusi terhadap kemandirian protein di Indonesia. Berikan Protein dinahkodai oleh Maqbulatin Nuha sebagai founder yang merupakan alumni program inkubasi Social Enterprise Bootcamp yang diselenggarakan oleh Social Innovation Hub Indonesia (SayHi). Sayhi sebagai inkubator dan akselerator inovasi sosial hadir membawa misi #TechForSocialGood yaitu bagaimana teknologi dan inovasi bisa lebih inklusif (untuk semua) dan berdampak secara berkelanjutan pada penyelesaian tantangan sosial, ekonomi dan lingkungan tidak hanya di Indonesia tapi di tingkat Asia Pasifik. Beragam inisiatif telah dilakukan untuk bisa membantu para inovator sosial maupun social entrepreneur untuk bisa menerapkan pendekatan inovasi dan teknologi dalam menciptakan keberlanjutan baik secara finansial maupun sosial/lingkungan.
Bagaimana Berikan Protein memandang permasalahan gizi di Indonesia?
Masalah gizi, khususnya pada pemenuhan protein di Indonesia, merupakan masalah yang bersifat multidimensional. Masalah pemenuhan protein tidak dapat diatasi dengan hanya membagi-bagikan makanan sumber protein kepada masyarakat prasejahtera. Cara ini bahkan bertentangan dengan fakta yang didapati oleh Berikan Protein, yaitu masalah stunting yang juga ada pada anak nelayan Indonesia. Nelayan yang notabene adalah profesi yang dekat dengan sumber protein yaitu ikan laut, bahkan tidak dapat mencukupi kebutuhan protein untuk keluarganya.
Ironi ini tidak hanya berhenti sampai disitu. Menurut Survei Sosio Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2017 yang dilakukan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD, nelayan adalah salah satu profesi dengan pendapatan yang paling rendah di Indonesia. Kenyataan yang ada di lapangan ini menunjukkan bahwa masalah pemenuhan protein juga erat kaitannya dengan masalah ekonomi, pendidikan, teknologi, bahkan politik.
Berikan Protein melihat masalah pemenuhan protein yang multidimensional ini dan merumuskan solusi yang telah dilakukan selama 2 tahun berjalan. Founder Berikan Protein, Maqbulatin Nuha, menjelaskan terdapat 2 fokus cara yang dilakukan oleh Berikan Protein. Cara pertama adalah membentuk “Protein Lifestyle”, yang merupakan usaha edukasi protein dimulai dari orang-orang yang sudah aware terhadap protein yang selanjutnya akan terus ditularkan hingga menyentuh masyarakat ekonomi bawah.
Cara kedua yang dilakukan Berikan Protein adalah menggalakkan program donasi protein berbasis subsidi silang. Cara ini akan difokuskan khususnya pada tahun 2023. Pondasi dari program donasi protein ini pun sudah dijalankan sejak tahun 2022 di Kabupaten Magelang, Indramayu, dan Sukabumi.
Berikan Protein telah melakukan asesmen status gizi protein kepada anak-anak di sekolah melalui tools Protein Meter. Data hasil asesmen ini selanjutnya akan menjadi dasar dalam tracking angka gizi, intervensi gizi, dan bantuan makanan tinggi protein. Asupan protein kepada anak tersebut juga diproduksi dari program pemberdayaan olahan ikan berupa hidrolisat protein yang bekerja sama dengan Koperasi Pengolahan Ikan. Rencananya, success story dari program di 3 wilayah ini selanjutnya akan direplikasi di daerah lainnya.
Kedepannya, Berikan Protein akan menjalankan program edukasi gizi sekaligus pemberdayaan ekonomi kepada ibu-ibu melalui produk olahan makanan tinggi protein. Kolaborasi dengan pihak pemerintah, NGO, maupun komunitas juga akan terus dilakukan untuk memperkenalkan isu dan urgensi pemenuhan protein tanah air. Berikan Protein bercita-cita ingin menjadi agen pengaktif (enabler) yang bisa membumikan edukasi gizi melalui konsep, kurikulum, dan tools yang dapat diaplikasikan oleh pihak kolaborator maupun seluruh pihak yang sadar dan ingin ikut turun tangan dalam isu pemenuhan protein di Indonesia.
Ditulis oleh:
Ayu Nabilah
Researcher at Innovation Learning
Social Innovation Hub Indonesia
Referensi:
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6525699/hari-gizi-nasional-2023-sejarah-tema-twibbon
https://theconversation.com/nelayan-memang-miskin-tapi-riset-buktikan-mereka-tetap-bahagia-136496