Bagaimana AI Membantu Memenuhi Kebutuhan Gizi Masyarakat?

Agile Innovation Labs
3 min readFeb 24, 2023
Photo by Luke Chesser on Unsplash

Saat ini, isu kesehatan masih menarik untuk diperbincangkan. Mulai dari masalah gizi kurang (stunting) hingga gizi lebih (obesitas, penyakit tidak menular/PTM, dsb). Dilansir dari Laporan Capaian Edukasi dan Peningkatan Literasi Gizi — YAICI (Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia) tingkat pemahaman masyarakat terhadap gizi pun masih rendah, ditandai dengan menu makan bagi keluarga yang belum 100% memenuhi asupan gizi anggota keluarga (anak dan lansia).

Ketika masalah gizi masih bergulir, perkembangan teknologi terus terjadi dengan cepat. Saat ini, teknologi dengan mudahnya membantu kita dalam kegiatan sehari-hari. Dilansir dari hasil survei BPS (2021), pengguna internet di Indonesia sebesar 71,81% dengan penggunaan akses terbanyak melalui smartphone sebanyak 98,7%.

Bagi masyarakat urban penggunaan gawai merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, walaupun saat ini sebagian masyarakat di desa juga sudah mulai memanfaatkan gawai dalam kehidupannya. Hal inilah yang membuat para ahli gizi pengembang produk food & beverage sekelas Nestlé mengembangkan platform dan aplikasi berbasis AI. Tujuannya membantu masyarakat yang selalu menggunakan gawai agar dengan mudah terpapar informasi mengenai status kesehatan dan kebutuhan gizi harian.

Pada dasarnya setiap orang memiliki kebutuhan gizi yang berbeda, banyak faktor yang mempengaruhinya. Nestlé menjawab hal ini dengan beberapa strategi yang berbeda, sesuai dengan kasus yang ada. Pendekatan yang dilakukan oleh NIHS (Nestlé Institute of Health Sciences), unit bagian dari Research & Development Nestlé Global Research yaitu mengkombinasikan analisis data makro yang ada dengan lifestyle, diet (pola makan) dan aktivitas yang dilakukan oleh konsumen dalam kesehariannya.

Aplikasi tersebut bekerja dengan mengkombinasikan makro data yang didapatkan dari game atau pertanyaan di aplikasi, kemudian konsumen akan mendapatkan hasil analisa data yang telah dilengkapi. Selain itu, aplikasi yang dikembangkan juga memberikan rekomendasi menu diet, ragam kegiatan olah raga, bahkan mengarahkan pada pembelian produk kaya akan zat gizi tertentu untuk mendukung kebutuhan asupan zat gizi hariannya. Proses tersebut tidak hanya membantu konsumen sebagai pengguna, tetapi juga perusahaan untuk memproduksi produk yang sesuai kebutuhan konsumen.

Pada tahun 2016, kolaborasi antara teknologi dan ilmu pengetahuan dilakukan dengan Samsung untuk membuat sistem IoT (Internet of Things) yang akan membantu masyarakat yang ingin memulai hidup sehat. Memanfaatkan data yang dimiliki Samsung dari beberapa smart electronic yang dimiliki seperti mobile phone, wearables, dan smart refrigerator untuk dijadikan data base dalam meramu informasi, materi edukasi, bahkan produk yang mendukung gaya hidup sehat.

Berbeda dengan China, pada tahun 2017 sebuah platform AI bernama XiaoAI diluncurkan untuk meningkatkan literasi konsumen di China yang bekerja sama dengan platform e-commerce JD.com. Lalu sistem AI berkembang menjadi speaker untuk membantu konsumen keluarga mendapatkan informasi mengenai Gizi Keluarga. Alat ini berperan sebagai ‘asisten’ bagi keluarga yang membutuhkan informasi tentang Gizi dan Kesehatan.

Pengembangan AI terus berlanjut, terinspirasi dari aplikasi game dengan penggunaan speaker dua arah, menginisiasi Nestlé untuk membuat aplikasi dua arah untuk mendapatkan feedback dari konsumennya secara langsung. Adanya pengalaman dalam bentuk kemudahan, hiburan, dan edukasi dalam suatu platform menjadikan konsumen merasa terbantu dalam melakukan suatu hal. ‘Concierge Economy’, mereka menyebutnya untuk ekonomi baru yang akan banyak memproduksi platform/aplikasi asisten yang memudahkan seseorang untuk melakukan sesuatu atau mendapatkan informasi hariannya.

Aplikasi terus berkembang ke dalam bentuk nutrition tracker untuk mengetahui perkembangan anak dalam masa pertumbuhannya. Aplikasi ini berhubungan langsung dengan produk Milo, sehingga orang tua dapat memantau perkembangan anaknya dan mendapatkan saran untuk asupan zat gizinya.

Saat ini, kolaborasi antara teknologi dan ilmu pengetahuan dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai gizi dan kesehatan dengan mudah. Hal ini juga membantu masyarakat meningkatkan kesadaran dan literasi terhadap ilmu gizi. Gerakan ini juga terjadi di Indonesia, diinisiasi oleh Berikan Protein yang merupakan bimbingan dari Social Innovation Hub.

Social Innovation Hub Indonesia (SayHi), sebuah inkubator dan akselerator inovasi sosial, memiliki misi #TechForSocialGood yang bertujuan untuk memperluas inklusivitas teknologi dan inovasi, serta memberikan dampak yang berkelanjutan pada penyelesaian masalah sosial di Indonesia.

Salah satu program yang ditawarkan oleh SayHi adalah pelatihan dan pengembangan AI untuk bisnis, social enterprise, dan organisasi lainnya. SayHi memandang AI sebagai salah satu teknologi dalam mencapai tujuan inovasi sosial di Indonesia dan berharap program pelatihan dan pengembangan produk AI dapat memperkuat kapasitas masyarakat untuk menggunakan teknologi untuk tujuan sosial dan menciptakan solusi inovatif yang memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia.

Ditulis oleh:
Firda Shabrina
Researcher at Innovation Learning
Social Innovation Hub Indonesia

Sumber:
IMD Journal. Nestlé: Developing A Digital Nutrition Platform for Japan
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20200124/2233176/gizi-optimal-generasi-milenial/
https://www.antaranews.com/berita/3300387/yaici-tingginya-kasus-stunting-bukti-literasi-gizi-masyarakat-rendah#mobile-src
Statistik Telekomunikasi Indonesia 2021

--

--